Sejak saat itu rael dan chacha semakin dekat. Mereka
sering ngobrol bareng serta berdiskusi.
“ aduhhh pusing deh, tema majalah
sekolah buat edisi kali ini apa ya. Bisa gawat nich kalau minggu ini lum ketemu
ide nya. Aakkhh tahu aah gelap” kelu chacha seorang diri. Biasanya chacha bersama-sama merry kemana pun
bila ada di sekolah. Tapi hari ini beda. Entah kenapa merry tidak bersama
chacha.
Dari kejauhan seorang cowo yang dari tadi
memerhatikan nya.
“ gue
kesana dulu ya bro, nanti
kita lanjut lagi. Ada perlu nich “ fael pun berjalan dan menghampiri chacha.
“kenapa kamu chacha, muka kamu udah kaya benang kusut.”
“ dasar loh ye ngeledek aja
kerjaannya, aku lagi
pusing nich musti cari tema buat majalah sekolah edisi mendatang.”
“yee gitu aja pusing-pusing. Gimana kau tema nya
pemanasan global? “
“ hahaha.. telat kamu
itu udah pas edisi 5”
“ kalau bagaiman cara membuat
film? Misal nya dari menulis skenario, tata lampu dan sebagainya “
“ itu juga uda pas edisi 2. Basi deh ide-ide nya coba
donk yang lain“
“ yee engak sopan udah bagus aku mau bantu coba mikir ide nya. Malah dikaya giniin, udah ah
bodoh pikir sendiri aja sana” sahut fael dengan nada pura-pura ngambek.
“heheh.. maaf-maaf gitu aja
marah, wah fael kalau marah tambah ganteng yaaa. hahaha” kata chacha sambil mencubit pipi
fael.
“duh duh duh. Chaa lepasin donk sakit tahu. Yee siapa juga
yang marah sorry yaa. Heheh.. kalau engak kita pake tema olahraga
aja gimana? Sebentar lagi kan ada kita mau adain pekan olahraga”
“ waaaa ide yang bagus tu. Hehe..
makaaaasiiih yaa
faelll” kata chacha sambil mencubit pipi fael kemudian lari,
“chaaachaaa jail banget sich? Awas ya kamu kalau ketangkap aku bales sampai kamu
minta ampun”
Fael pun mengejar chacha dan mereka pun
berkejar-kejaran. Banyak siswa yang lain melihat keakraban mereka merasa iri.
Chacha bertubuh mungil tetapi cantik dan manis sedangkan rafael bertubuh atletis dengan wajah yang tampan.
Sebener nya sejak
rafael masuk sekolah banyak cewek-cewek
yang tergila-gila kepada nya dan mencoba menarik perhatian rafael. Tapi
fael menanggapi nya dengan dingin.
***
To : chacha
Besok lari pagi yuk cha. :D
To : rafael
Besok ? sama sapa aja nich? Aku sich oke-oke aja.
To : chacha
Aku uda ajak yg
lain cha tp mereka uda acara masing” klu ber2 aj gmn km mw ga? :p
To : Rafael
Oh yada ak jg ga tw mw paen bsk, mw rangkt jam
rapa L?
To : Chacha
Jam stg 5 ak jmpt km. Jgn sampe
bgn kesiangan ye. Okok?
To : Rafael
Siap kapten. Printah segera
dilaksanakan. :p
To : Chacha
Yda tdr sna. Tar kesiangan ge. Met bobo. Mimpi indah ya... C U ^^,
To : Rafael
Nite... sweet dream L.. :D
***
“kriiiinnnngggggggg......” alarm
berbunyi pukul 04.00 dini hari. Chacha pun bangun melirik ke layar jam tersebut
kemudian mematikanya. Iya bangun dan menujuh kamar mandi untuk mandi dan
merapikan diri. Setelah dia
sudah selesai dan belum
ada tanda-tanda bahwa fael sudah datang, chacha pergi ke dapur dan membuatkan 2 roti berisi selai
strawberry. Tiba-tiba HP nya bergetar.
To : Chacha
Hei cha, da siap lum km? Ak uda di dpn
rmh km. Mw ngetuk ga enak tkt ganggu yg
lain.
Chacha pun bergegas keluar untuk
menghampiri fael dan tidak lupa iya menulis catatan di atas kulkas.
“ ma, chacha pergi lari pagi dulu ya. Chacha ga
bangunin mama takut ganggu mama. Sun sayang chacha”
Sesampai nya chacha di luar rumah
chacha melihat fael duduk di bawah pohon mangga sekaligus berperang dengan para
nyamuk. Chacha jalan mengendap -
ngendap dan menutup
mata rael.
“ hayooo tebak sapa ini?”
“ dodol. Siapa lagi kalau buka sich ratu jail
chacha “
“ ihh jahatt.. udah yuk jalan
sekarang nanti keburu matahari nya muncul “
Mereka pun berlari-lari kecil
menujuh monas. Sepanjang perjalanan ke monas mereka tidak henti-hentinya
bercanda sekaligus bercerita. Hingga chacha berhenti sesaat saat melihat
seorang ibu tua beserta anaknya tidur di pinggiran toko dengan beralaskan koran.
“cha kenapa kamu? “
“ liat deh el, aku kasian deh melihat mereka. Kalau hujan kehujanan dan panas
kepanasan. “
“yaa c.. Aku juga enggak tega melihat mereka seperti itu.
Tapi kita mau gimana lagi? Ya sudah mending sekarang kita lanjut lari lagi”
Mereka pun melanjutkan perjalanan
mereka menuju monas. Walau sekali-kali chacha masi melihat kebelakang untuk melihat ibu tadi. Tidak terasa mereka sudah
berada di pintu gerbang monas
yang terletak daerah jakarta pusat. Sesampainya mereka didalam mereka
beristirahat sejenak.
“ oh ya, aku bawa sesuatu. Taraaaaa” chacha
mengeluarkan roti yang tadi pagi dia buat.
“ waa koq ada nama nya? Hahah..
kaya udah jadi hak paten aja “
“ iyaa donk lucu kan, sapa dulu
yang buat chacha. ”
“ foto yuk sekalian ma roti nya
kapan lagi seorang chacha bisa membuat kan makanan. Ahhaa. Masak air aja gosong. “
“ iihhh jahatt deh, yaa da kalau
kaga mau biar aku aja
yang makan. Huh.” Memajuhkan bibir nya
“ heheh.. bercanda chaaa.. jangan
manyun gitu donk. Ayoo kita foto” Rafael
mengeluarkan HP nya.
Mereka pun asik berfoto-foto ria
dan melanjutkan lari mengelilingi halaman monas. Ikut bermain basket dengan
anak-anak di lapangan di area monas. Baju mereka mudah basah kuyub dan mereka
pun beristirahat di pinggir lapangan tidak terasa matahari sudah menerangi bumi. Polusi kotor sudah
mulai menguasai wilayah jakarta lagi.
“Aku ke kamar kecil dulu ya el” kata
chacha yang di sambut anggukan fael. Setelah chacha hilang dari pandangan nya
fael mengambil tanaman liar yang berada di dekat lapangan. Dia sibuk dengan
aktifitasnya dan tidak menyadari chacha sudah di belakang nya.
“hayoo serius amat, lagi ngapain sich? “ tanya
chacha penasaran.
“heheh tunggu sebentar belum jadi nich.” Tidak lama kemudian fael memperlihatkan sepasang
cincin yang terbuat dari tanaman.
“ waw bagus banget “ kata chacha
dengan seru.
“ haha.. lebay deh. Nich buat kamu satu dan buat aku satu “ fael memberikan
chacha cincin di tangannya dengan senyum mengembang.
“ buat aku nich el? Hehe makasii yaa..” chaha
memakainya di jari manis dan rafael mengikuti nya.
Cincin itu sangat lah pas di
tangan chacha yang mungil. Chacha sangat senang yang tanpa dasar memeluk
rafael. Rafael pun terkejut dengan pelukan chacha yang tiba-tiba untung fael berbadan besar sehingga
mereka tidak jatuh. Tidak
lama chacha sadar dengan apa yang dilakukannya. Buru-buru dia melepas
pelukannya dan seketika muka chacha serta fael pun merah.
“ ups maaf ” kata chacha dengan kepala menunduk.
Mereka pun berjalan keluar halaman monas kan bergegas untuk pulang.
Saat chacha melihat warung nasi dia teringat dengan ibu tua tadi pagi kan dia
masuk ke warung tersebut dan
membelikan dua bungkus nasi dengan lauk ayam goreng. Fael yang melihat chacha
masuk ke warung nasi tersebut merasa binggung tetapi dia membiarkannya dan tidak menanyakan apa-apa.
Mereka pun melanjutkan perjalanan
dan sesampai nya mereka di pertokoan chacha berjalan menujuh ibu tua tersebut dan memberikan bungkusan yang
ada di tangan chacha.
“ ini bu saya ada sedikit makanan untuk ibu dan anak
ibu tolong di terima ya “ kata chacha dengan iklas
“ terimakasih neng semoga Tuhan membalas kebaikan neng “ jawab ibu tua itu.
“ iya bu sama-sama”
“ ibu doakan semoga neng dan pacarnya bisa langgeng
sampai nanti menikah dan bersama
tua. Kalian serasi sekali” ibu itu mendoakan.
Chacha dan rafael saling
bepandangan dan muka mereka menjadi merah.
“bukan bu kita hanya teman. Tapi
makasih ya bu buat doa nya. Saya pamit dulu “
Chacha melabaikan tangan kepada
ibu itu dan rafael tersenyum. Sepanjang perjalanan pulang mereka tidak berbicara dan sibuk
dengan pikiran mereka masing-masing. Jantung mereka berdebar-debar tak karuan
bila mengingat kata ibu tadi.
Tak terasa mereka sudah berada di
depan rumah chacha. Fael izin
pulang kepada mama chacha yang kebetulan berada di depan rumah menyiramin
tamanan mawar putih kesukaan chacha.
***
"Cha tadi merry telepon. Katanya kalau
kamu udah pulang suruh telepon balik" kata mama sambil menyiram tanaman..
" iya ma, nanti aku telepon merry. Makasih
ya ma.. Aku masuk dulu" kata chacha sambil melangkah ke dalam..
Dia
menujuh dapur dan mengambil air minum sambil mengambil lemper yang ada di
meja.. "Mama memang top deh tahu aja aku lagi kepingin lemper..."
Kata chacha dalam hati sambil tersenyum.. Kemudian dy menujuh ruang tamu dan
bergegas menelpon merry..
Tut tut tut...
"Hallo"
"Hai merr kenapa tadi telepon ke
rumah?"
"Ohh yaa cha habis aku telepon ke hp kamu
engak di aktif sih"
"Oh iyaa hp aku batre nya abis merr
semalem aku lupa ngecas, kenapa mer?"
"Aku cuma mau bilang kata bu tina jangan
lupa kumpulin bahan-bahan buat majalah sekolah.. Soalnya waktu batas penerbitan
udah deket.."
"Ohh soal itu,. Iyaa besok aku kumpulin n
aku seleksi terus aku kasih ke bu tina. thanks merr, ohh iya bagaimana hubungan
kamu dengan tomy?"
"Iyaaa sama-sama.. Hehe ya gitu deh cha..
Tapi aku suka pusing sama sifat tommy yang masih kaya anak kecil."
"haha sabar aja mer.. Kamu bantu aja dia
pelan-pelan untuk merubah sifatnya itu"
"Iya merr,, udah dulu ya ak di panggil
mama nich.. Sampai ketemu besok cha"
"Ohh yaa oke deh.. Byee sampai ketemu
besok" chacha meletakan teleponnya dan langsung menujuh kamar nya..
Mencari kotak kecil dan menaruh sesuatu yang dari tadi membuatnya tersenyum...
Aku akan menyimpennya kata chacha yakin..